Workshop Peningkatan Mutu Guru
Assalamualaikum Sahabat Gurnulis di manapun berada.
Bagaimana kabar Sahabat Gurnulis hari ini? Semoga kesehatan selalu menyertai kita semua dan Allah Yang Kuasa tetap memberikan kita kesempatan untuk terus berubah menjadi lebih baik sepanjang hari. Hari-hari tentu akan penuh makna apabila kita isi dengan kegiatan belajar, seperti yang Penulis lakukan hari ini bersama rekan-rekan guru di Kabupaten Musi Rawas. Mulai tanggal 9 November 2021 sampai tanggal 11 November 2021, penulis mengikuti kegiatan workshop Peningkatan Mutu Guru yang diselenggarakan oleh PGRI Kabupaten Musi Rawas. Workshop ini dilakukan secara daring menggunakan media zoom.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan, "Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat." (Imam Syafi’i). Oleh karenanya, Penulis ingin menuliskan materi yang diperoleh dari kegiatan workshop pada blog pembelajaran yang ini agar kiranya tulisan ini terdokumentasikan dengan baik, dan dapat bermanfaat sepanjang masa.
Kebijakan Pendidikan tentang Kompetensi Guru
Pada hari pertama workshop yakni pada tanggal 9 November 2021. Acara tersebut dibuka oleh Bapak Hartoyo, M.Pd., selaku sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Musi Rawas. Kegiatan berlanjut dengan pemamparan materi 1 yakni "Kebijakan Pendidikan tentang Kompetensi Guru" oleh Bapak Hartoyo. Beliau menyampaikan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang, seorang guru mesti mampu mengantisipasi perubahan agar tidak ketinggalan dari begitu pesatnya kecanggihan tekonologi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan belajar mengajar secara tepat diharapkan akan mampu membuat proses pembelajaran lebih bermakna, mengingat berbagai potensi teknologi informasi untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Artinya, menjadi seorang guru itu harus menjadi sosok multitalenta yang bisa menguasai banyak keterampilan.
Beliau juga menyampaikan bahwa seorang guru dalam mengajar harus meluruskan niatnya, yakni niat mengajar untuk beribadah, benar-benar ikhlas menyampaikan ilmu. Yakinlah, ilmu yang disampaikan dengan penuh keikhlasan akan diterima oleh peserta didik dengan mudah, ilmunya akan berkah dan bermanfaat. Sehingga akan menghasilkan generasi bangsa yang berkarakter, unggul, cerdas, kuat imannya serta luhur budi pekertinya. Begitulah
Sejarah Perjuangan PGRI Sebagai Organisasi Profesi
Materi kedua dalam workshop ini adalah "Sejarah Perjuangan PGRI sebagai Organisasi Profesi" yang disampaikan oleh Bapak Raslim, selaku ketua PGRI Kabupaten Musi Rawas. Dalam penjelasnya, beliau menuturkan bahwa organisasi PGRI diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912 menjadi awal terbentuknya organisasi ini. Pada tahun 1932, PGHB berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia. Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 yang bertempat di Surakarta. Melalui kongres ini, dihilangkanlah segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.
Sebagai
penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan
Presiden Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25
November sebagai Hari Guru Nasional dan diperingati setiap tahun.
Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga PGRI
Materi "Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga PGRI" dalam workshop yang diselenggara secara daring ini disampaikan oleh Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi PGRI Kabupaten Musi Rawas, yaitu Bapak Susanto, S.Pd. Bapak guru yang akrab dengan sapaan "Pak D" dalam dunia blogger adalah salah satu guru terbaik yang telah menulis beberapa buku sebagai buah karyanya.
Dalam paparannya, Pak D menjelaskan bahwa AD/ART merupakan landasan utama sebuah organisasi yang harus dipegang teguh oleh anggota dan pengurus sebagai landasan atau pedoman pelaksanaan organisasi PGRI dalam semua tingkatan. AD/ART PGRI terbaru telah disahkan dalam Kongres PGRI yang ke-12 Nomor: V/KONGRES/XII/PGRI/2019.
Anggaran Dasar terdiri dari 29 bab dan Anggaran Rumah Tangga terdiri dari 41 bab. Untuk memperjelas AD/ART PGRI, dapat Sahabat Gurnulis pada file pdf berikut.
Salam literasi Guru Ndeso!
Belum ada Komentar untuk "Workshop Peningkatan Mutu Guru"
Posting Komentar