Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA SD
Kamis, 27 Mei 2021
Tulis Komentar
Bahasan mengenai teori belajar Bruner dalam pembelajaran IPA SD yang menghasilkan model pembelajaran penemuan atau discovery learning |
- teori belajar Bruner dalam Pembelajaran Matematika;
- teori belajar Dienes dalam Pembelajaran Matematika;
- teori belajar Van Hiele dalam Pembelajaran Matematika;
- teori belajar Brownell dalam Pembelajaran Matematika;
- teori belajar Van Engen dalam Pembelajaran Matematika;
- teori belajar Gagne dalam Pembelajaran Matematika;
- teori belajar Ausubel dalam Pembelajaran IPA.
Tulisan-tulisan tersebut dapat dijadikan referensi kita dalam menyelenggarakan pembelajaran. Bruner yang terkenal dengan teori belajarnya pada Matematika, terkenal juga dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Berikut penjelasannya.
Sosok Bruner
Bruner terlahir pada tahun 1951. Beliau adalah salah satu ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi pembelajaran kognitif.
Bruner memiliki teori belajar yang beranggapan bahwa belajar adalah sebuah kegiatan pengolahan informasi yang meliputi pembentukan kategori-kategori. Di antara kategori-kategori tersebut ada kemungkinan saling berhubungan yang disebut dengan koding. Teori belajar Bruner ini kemudian dikenal sebagai teori belajar penemuan.
Proses Belajar dalam Teori Bruner
Dalam teori belajar Bruner, suatu konsep merupakan suatu kategori. Ini dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Kategori merupakan perwakilan benda atau kejadian yang mempunyai persamaan. Sebagai contohnya adalah konsep burung. Burung didefinisikan sebagai suatu kategori yang mewakili binatang yang mempunyai bulu, sayap, dua kaki, dan paruh. Dengan padangan ini, kategori dapat juga dipandang sebagai ketentuan atau hukum.
Kategori adalah aturan pengelompokan benda-benda atau kejadian yang sama atau ekuivalen. Jika dua buah objek dimasukkan ke dalam kategori yang sama, maka implikasinya kedua objek tersebut itu sama, setidaknya jika dipandang dari beberapa segi terdapat kesamaan.
Menurut Bruner, suatu kategori harus mempunyai spesifikasi karakteristik sebagai berikut.
- merupakan atribut yang harus dimiliki oleh suatu objek;
- merupakan cara penentuan atribut-atribut yang ada ataupun penggabungan;
- merupakan pentingnya ragam atribut: ada yang sendiri ataupun kombinasi dari atribut,
- merupakan batas bagi penerimaan nilai (value) dari atribut tersebut.
Lebih lanjut, Bruner dalam teori belajarnya memberikan contoh penerapan dari karakteristik kategori tersebut. Contohnya adalah sebagai berikut.
- Hewan dikatakan serangga apabila tidak memiliki tulang belakang, memiliki sayap, memiliki tiga pasang kaki, dan posisi kepalanya terpisah dari badannya.
- Kepala harus terletak di depan badan, keenam kaki dan sayap dari hewan tersebut ada pada badan.
- Hewan dianggap sebagai serangga dapat memiliki satu pasang sayap atau dua pasang sayap.
- Untuk bisa dikatakan sayap, benda tersebut harus memiliki karakteristik utuh.
Segala aktivitas keseharian yang meliputi persepsi, konseptualisasi, dan pengambilan keputusan, semuanya dapat dijelaskan dari sudut pandang pembentukan dan penggunaan kategori menurut teori belajar Bruner. Dalam IPA, hal ini sangat penting bagi proses pembelajaran dan interaksi antara individu dengan lingkungan. Contohnya begini, apabila individu menemukan makhluk yang bergerak maka ia akan segera berpikir bahwa benda yang dilihatya bukanlah tumbuhan, melainkan hewan. Ia berpikir demikian karena atribut bergerak hanya dimiliki oleh hewan, tidak dengan tumbuhan. Setelah itu pemikirannya lebih meningkat lagi, setelah dilihatnya bahwa hewan tersebut mempunyai empat kaki. Ia pun kemudian berpikir bahwa hewan tersebut tentu bukanlah ikan ataupun burung karena baik ikan maupun burung tidak mempunyai kaki yang berjumlah empat. Hewan yang mempunyai empat kaki adalah kelompok reptil atau mamalia, demikian dan seterusnya. Cara seperti ini berlaku juga untuk semua objek dan kejadian yang dijumpai oleh individu.
Dalam teori belajar Bruner, pengkategorian objek ini memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan tersebut sebagai berikut.
- Dapat mengurangi kompleksitas dari benda atau kejadian yang ada di sekitar individu. Adanya kategorisasi memungkinkan individu untuk mengenali objek dengan benar.
- Kategorisasi dapat mengurangi keharusan individu untuk selalu belajar.
- Kategorisasi memberikan arahan dan tujuan terhadap aktivitas individu serta memberikan kesempatan kepada individu untuk menghubungkan objek dengan kelas dari kejadian alam. Keterberhubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain dapat membentuk kelas yang lebih besar.
Bruner dipandang sebagai ahli psikologi yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip belajar Piaget. Eisler pada tahun 1993 yang mengatakan demikian. Teori belajar Bruner tentang cara seorang anak memperoleh dan memproses informasi baru dianggap sejajar dengan teori belajar Piaget. Anak dikemukakan tumbuh pada tahapan-tahapan yang berbeda dan penentuan tahapan ini didasarkan pada penampilan mental anak. Namun meski demikian, tidak seperti yang dikemukakan oleh Piaget, pembagian tahapan oleh Bruner bukanlah merupakan suatu hal yang kaku. Pembagian tahapan yang dilakukan oleh Bruner bersifat fleksibel dan tidak dimaksudkan untuk menentukan kesiapan anak untuk belajar. Bruner beranggapan bahwa semenjak kecil, secara intuitif individu telah memiliki kemampuan dalam menangkap konsep-konsep IPA.
Bruner mengembangankan sebuah model pebelajaran penemuan atau dicovery learning. Menurut Bruner dalam teori belajarnya, model pembelajaran penemuan selaras dengan hakikat manusia yang mempunyai sifat selalu ingin mencari ilmu pengetahuan secara aktif dan memecahkan masalah. Pada akhirnya individu akan mendapatkan pengetahuan yang bermakna.
Model pembelajaran penemuan ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh informasi sendiri dengan bantuan guru. Pembelajaran biasanya dilangsungkan dengan menggunakan benda nyata. Peranan guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai pemberi informasi, melainkan sebagai penuntun untuk mendapatkan informasi. Guru diharuskan memiliki strategi yang baik untuk tidak secara langsung memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peserta didiknya.
Model pembelajaran penemuan yang diusung dalam teori belajar Bruner ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihannya adalah sebagai berikut.
- Pengetahuan yang diperoleh peserta didik akan bertahan lama, akan menetap lama dalam ingatan, dan akan lebih mudah untuk diingat dibanding dengan cara-cara belajar yang lainnya. Istilah populer untuk manfaat ini adalah "jika saya mengerjakan, maka saya akan mengerti dan mengingat".
- Akan meningkatkan kemampuan bernalar peserta didik. Kemampuan peserta didik untuk berpikir secara bebas akan berkembang pesat.
- Menumbuhkan kebiasaan peserta didik untuk belajar secara mandiri.
- Dapat mengubah motivasi belajar dari luar yang berupa motivasi eksternal menjadi kepuasan batin yang berup motivasi dari dalam diri.
- Membekali peserta didik untuk belajar dengan prosedur yang praktis dalam memecahkan masalah.
Di samping memiliki kelebihan, model pembelajaran penemuan (discovery learning) ini memiliki kekurangan. Kekurangannya adalah ini guru bisa saja terganggu dengan kebisingan dan keributan yang timbul dari aktivitas belajar peserta peserta didik.
Penerapan Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Dalam pembelajar IPA di Sekolah Dasar, Bruner menyumbangkan model pembelajaran penemuan atau discovery learning. Bruner memberikan tiga ciri utama model pembelajaran penemuan ini sebagai berikut.
- Adanya keterlibatan peserta didik dalam proses belajar.
- Guru berperan sebagai seorang penunjuk atau guide dan pengarah bagi siswanya yang mencari informasi. Jadi guru bukan sebagai penyampai informasi.
- Proses pembelajaran dilangsungkan dengan benda-benda nyata.
Model pembelajaran penemuan murni adalah model pembelajaran penemuan yang dilakukan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Contohnya begini, peserta didik diberikan beberapa benda seperti kabel listrik, bola lampu atau bohlam, dan beberapa baterai. Peserta didik diberikan waktu yang cukup untuk bermain dan mencoba-coba dengan benda-benda tersebut. Guru tidak memberikan petunjuk apapun tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik terhadap benda-benda tersebut. Guru hanya memberikan petunjuk tentang keselamatan dan pemeliharaan benda-benda yang dipakai. Di sini bakal ada beberapa kemungkinan aktivitas peserta didik, yaitu ada peserta didik ada yang mencoba-coba menyalakan bohlam, mugkin ada juga yang membuat seri (menghubungkan) baterai yang ada, dan lain sebagainya. Dalam model pembelajaran penemuan murni ini setiap peserta didik akan memanipulasi dan belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Model pembelajaran penemuan terarah dilakukan dengan mengarahkan aktivitas peserta didik. Guru lebih banyak berperan dibanding dengan pembelajaran penemuan murni. Di sini memungkinkan guru menginginkan seluruh peserta melakukan kegiatan yang sama atau hampir sama. Sebagai contohnya, dengan benda-benda yang sama (kabel listrik, baterai, dan bohlam), guru mengarahkan peserta didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut.
- Dapatkah kita menyalakan lebih dari satu bohlam?
- Bagaimanakah kalau kita menyusun lebih dari satu baterai?
Sebagaimana yang telah penulis paparkan di atas, model pembelajaran penemuan ini berpotensi menimbulkan kebisingan di kelas. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan hal-hal berikut.
- Peserta didik di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa. - Setiap anggota anggota kelompok diberikan tugas. Tunjuk seorang anak sebagai
ketua yang bertanggung jawab terhadap partisipasi anggota kelompoknya, pencatat yang bertanggung jawab untuk mencatat seluruh prosedur dan hasil penemuannya, penanggung jawab bahan yang bertanggung jawab mengambil dan mengembalikan bahan yang digunakan, manipulator yang bertanggung jawab memanipulasi percobaan atau kegiatan, dan jika memungkinkan seorang penanggung jawab keselamatan dan pengontrol, yang memonitor semua prosedur dan penanganan benda-benda yang dipakai. - Guru membicarakan secara klasikal terlebih dahulu tanggung jawab masing-masing petugas di dalam kelompoknya.
- Peserta didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan aturan-aturan yang akan digunakan bagi seluruh kelas ataupun di dalam kelompoknya
- Peserta didik diberikan arahan mengenai aktivitas yang akan dilakukan sebelum benda-benda yang akan dipakai dibagikan kepada siswa.
- Hanya penanggung jawab bahan yang diperbolehkan untuk mengambil dan mengembalikan bahan yang dipakai.
- Guru berkeliling ke setiap kelompok secara bergantian untuk memberikan bantuan yang diperlukan.
- Jika guru ingin memindahkan peserta didik dari dan ke suatu kelompok, hendaknya dilakukanlah sedikit demi sedikit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kebisingan dan
keributan.
Contoh Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yang Berdasarkan Teori Belajar Bruner
Pada peserta didik kelas tiga Sekolah Dasar misalnya pembelajaran ditujukan untuk mengenali bagian-bagian tumbuhan dan mampu mengelompokkannya berdasarkan ciri-ciri dan kegunaannya melalui pengamatan dan penafsiran. Topiknya adalah tumbuhan yang mempunyai bagian-bagian tertentu. Cara pelaksanaan pembelajarannya adalah sebabagai berikut.
- Ambillah satu tanaman yang lengkap, terdiri dari akar, batang, daun, dan bunga.
- Berilah kesempatan kepada peserta didik untuk mengamati dan kemudian diberi pertanyaan sebagai berikut: "Menurut kalian, bagaimana akar dapat berfungsi bagi tumbuhan?".
- Terimalah seluruh ide atau tanggapan peserta didik. Berilah kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan dan menguji idenya sendiri.
- Berilah pertanyaan yang lain untuk menanyakan bagian tumbuhan yang lainnya.
Pada peserta didik kelas empat Sekolah Dasar misalnya pembelajaran ditujukan untuk memahami susunan, sifat dan kegunaan udara dengan melakukan percobaan dan menafsirkan informasi. Topiknya adalah udara yang diperlukan bagi pembakaran. Alat dan bahan yang diperlukan adalah gelas kecil, gelas besar, stoples yang berukuran kurang lebih 2 liter, lilin pendek sebanya 3 buah, dan korek api.
Cara pelaksanannya adalah sebagai berikut.
- Sebelum memperbolehkan siswa untuk melakukan percobaan, berilah pertanyaan seperti: (a) Apa yang akan terjadi apabila lilin yang menyala ditutup dengan gelas?; (b) Bagaimana kemungkinan yang akan terjadi apabila tiga lilin yang menyala ditutup dengan penutup yang berbeda besarnya?.
- Berilah kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan idenya sebagai dugaan sementaranya dan kemudian mengujinya melalui percobaan. Setelah selesai melakukan percobaan, berilah pertanyaan seperti: (a) Apakah hasil percobaan sesuai dengan perkiraan semula?; (b) Mengapa diperlukan waktu yang bersamaan saat menutup ketiga lilin?.
Demikianlah ulasan mengenai teori belajar Bruner dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar ya sahabat pendidik. Semoga menginspirasi.
Salam literasi guru ndeso.
Belum ada Komentar untuk "Teori Belajar Bruner dalam Pembelajaran IPA SD"
Posting Komentar