Filosofi Merdeka Belajar yang Bersumber dari Ki Hadjar Dewantara
Jumat, 02 Oktober 2020
14 Komentar
Peserta didik merdeka, dokumentasi sebelum pandemi |
Sahabat pendidik tentu tidak merasa asing dengan slogan merdeka belajar. Bagaimana kita tidak merasa asing, kalau setiap harinya saja kita diwajibkan untuk menerapkan kebijakan ini. Ya, slogan ini meluas setelah Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Nadiem Makarim mengenalkan kebijakannya mulai dari episode satu sampai dengan episode lima yang ada pada saat ini. Tahukah sahabat pendidik, kalau slogan itu sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru bagi kita? Ternyata, jauh sebelum ini, Ki Hadjar Dewantara selaku Bapak Pendidikan Indonesia telah mencetuskan terlebih dahulu filosofi merdeka belajar.
Sebelum membahas filosofi yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara, mari kita mengingat-ingat kembali kebijakan merdeka belajar yang digaungkan oleh Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah mengeluarkan kebijakan yang berslogan "merdeka belajar" dalam beberapa episode. Hingga tulisan ini dibuat, kebijakan tersebut sudah memasuki episode lima. Berikut fokus-fokus dari kebijakan tersebut.
- Merdeka belajar episode 1, kebijakannya berfokus pada pengubahan Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan survei karakter, penghapusan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), penyederhanaan rencana pelaksanaan pembelajaran, dan penyesuaian kuota penerimaan peserta didik baru berbasis zonasi.
- Merdeka belajar episode 2, kebijakannya berfokus pada program Kampus Merdeka yang memberikan kemudahan pelaksanaan pembelajaran di perguruan tinggi.
- Merdeka belajar episode 3, kebijakannya berfokus pada perubahan mekanisme Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun anggaran 2020.
- Merdeka belajar episode 4, kebijakannya berfokus pada program Organisasi Penggerak.
- Merdeka belajar episode 5, kebijakannya berfokus pada program Guru Penggerak.
Kelima episode merdeka belajar tersebut hakikatnya bertujuan untuk memberdayakan insan pendidikan (baik pendidik maupun peserta didik) menjadi insan yang inovatif. Para pendidik yang semula dianggap terkekang dalam mengembangkan proses pembelajaran, kini dimerdekakan untuk mengembangkannya sesuai dengan kreasi masing-masing. Para peserta didik yang semula dianggap terkekang dalam belajar, kini dimerdekakan sesuai dengan cara belajar masing-masing. Tapi apakah merdeka ini berarti bebas tanpa batas? Tentu saja tidak! Ada filosofinya. Filosofi yang dipakai mengikuti filosofi merdeka belajar Ki Hadjar Dewantara.
Ki Hadjar Dewantara |
Ki Hadjar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia pada bulan November 1959, tujuh bulan setelah kewafatannya. Mungkin hanya sedikit yang tahu kalau beliau adalah Menteri Pengajaran dalam kurun 19 Agustus - 14 November 1945. Semasa hayatnya, beliau memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pendidikan di Indonesia, salah satunya yang sangat relevan dengan kondisi sekarang adalah pemikiran tentang merdeka belajar.
Dalam "Wasita" Mei 1929 Jilid I nomor 8, beliau menulis "Apa artinya pendidikan yang merdeka?". Penulis mengutip tulisan beliau sebagai berikut.
... agar jangan sampai hanya melakukan dawuh (perintah, Jawa) saja. Lebih tegas: jangan sampai anak hanya biasa bertenaga karena diperintah saja, tetapi hendaknya ia bertenaga karena merasa wajib bertenaga.
Kumpulan tulisan Ki Hadjar Dewantara |
Senada dengan itu, dalam "Pusara" Februari 1940 Jilid X nomor 2, beliau membuka tulisannya dengan kata-kata berikut.
Mardika iku jarwanya nora mung lepasing pangreh; nging uga kuwat kuwasa amandiri priyangga.
Merdeka itu berarti tidak hanya terlepas dari perintah; akan tetapi juga cakap kuat memerintah diri sendiri.
Dari kedua tulisan tesebut, menurut penulis pemikiran tentang merdeka belajar Ki Hadjar Dewantara memiliki tiga poin penting:
- Merdeka belajar itu bebas dari istilah "diperintah".
- Merdeka belajar itu bebas dari istilah "menunggu diperintah".
- Merdeka belajar itu bertenaga karena kesadaran sendiri.
Jika dianalisis, ketiga poin ini mengerucut pada satu harapan: terwujudnya insan pendidikan (baik pendidik maupun peserta didik) yang mau memulai kebaikan karena kesadaran sendiri tanpa perlu menunggu datangnya perintah ataupun terpaksa oleh perintah. Harapan ini pada akhirnya dapat memunculkan kreasi-kreasi baru yang berkarakter baik dalam pembelajaran yang disebut INOVASI. Menurut penulis, sebenarnya inilah yang diharapkan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun Bapak Nadiem Makarim dari slogan merdeka belajar.
Bagaimana aplikasi filosofi merdeka belajar pada peserta didik? Ingat, memerdekakan bukan berarti membebas-lepaskan peserta didik untuk memilih antara belajar atau tidak! Sudah barang tentu akan menyalahi aturan jikalau kita berpikiran demikian. Mengacu kepada pemikiran Ki Hadjar Dewantara dan Bapak Nadiem, merdeka itu berinovasi! Sebagai pendidik, kita dituntut untuk membentuk calon penerus bangsa yang terbiasa berinovasi dalam proses belajarnya. Peserta didik yang merdeka adalah pesereta didik yang kreatif, sadar belajar, berkarakter, yang tidak terkekang oleh mindset "nunggu diperintah, baru mau belajar, baru mau berkarya".
Merdeka belajar, dokumentasi sebelum pendemi |
Bagaimana dengan pendidik? Pendidik yang merdeka adalah pendidik yang inovatif dan berkarakter. Jika ingin membentuk peserta didik yang inovatif, maka kita pun harus menjadi pendidik yang inovatif. Masihkan kita menunggu diperintah untuk memunculkan ide-ide yang baru dalam pembelajaran? Masihkah kita merasa berat hati untuk menciptakan iklim belajar peserta didik yang baik? Bahkan penulis sendiri pun masih sering merasa malu kepada Ki Hadjar Dewantara dan Pak Nadiem.
Salam literasi guru ndeso.
14 Komentar untuk "Filosofi Merdeka Belajar yang Bersumber dari Ki Hadjar Dewantara"
Semoga episode merdeka berikutnya segera muncul kepermukaan,,,,
Merdeka belajar, merdeka mengajar. Semoga tida adalagi "keluhan" aku belum ikut pelatihan jadi aku tidak bisa. Tidak semua hal harus ada pelatihannya. Berapa daya yang dimiliki pemerintah d.h.i Dinas Pendidikan untuk "melatih" guru.
Jika topik merdeka belajar itu terbebas dari istilah "diperintah dan menunggu perintah" dan merdeka belajar itu mau dan mampu belajar karena kesadaran atas kebutuhan diri sendiri maka dalam konteks medeka mengajar adalah kemampuan mengelola berbagai sumber daya untuk membelajarkan tanpa diperintah atau menunggu perintah tetapi karena adanya kebutuhan untuk meningkatkan kompetensi diri.
Selamat mengembangkan diri wahai para guru! Anda merdeka belajar dan merdeka mengajar dalam koridor regulasi karena kita juga pelayan negeri.
Alangkah mantap e bunda ku ini.
Semakin keluar kehebatannya.
👍👍👍👍
Super sekali
Luar biasa... merdeka belajar.
Mengingatkanku semangat belajar yg selalu gerak kalau ada yang menggerakkan
Terus menginspirasi dan mengedukasi bu
Merdeka dalam memerdekakan diri sendiri pak.
Tulisan ini bisa jadi cambuk bagi diri sendiri pak untuk selalu jadi bahan intropeksi.
Terima kasih sudah membantu penulis mengawalinya Pak.
Salam super!
Belajar, belajar, dan terus belajar Pak💪😁
Terima kasih Pak.
Salam kenal dari guru Musi Rawas!
Semoga kita selalu konsisten bergerak Pak!
Terima kasih Bu. Mari terus belajar guru muda🤗💪
Luar biasa
Terima kasih Pak🙏
Posting Komentar